Si
Fakir Yang Dermawan
Pada zaman dahulu, ada
seorang lelaki yang beriman tinggal bersama dengan isteri dan anak-anaknya.
Mereka tinggal dalam sebuah gubuk sederhana. Meskipun mereka jauh dari kilauan
dan gemerlap materi, hati mereka dipenuhi dengan kasih sayang.
Pada suatu hari lelaki
beriman itu berada dalam kesulitan, sampai-sampai isterinya berkata kepada
lelaki itu, “Kini simpanan kita tinggal satu dirham saja.” Lelaki itu mengambil
satu dirham tersebut dan pergi ke pasar. Dengan uang itu dia akan membeli
sedikit makanan. Dalam keadaan bertawakal kepada Tuhan, dia tiba di pasar. Baru
beberapa langkah dia berjalan, tiba-tiba terdenagar suara gaduh. Seseorang
berkata dengan marah, “Engkau harus membayar utangmu. Jika tidak, aku tidak akan
membiarkan engkau pergi.”
Lelaki yang berdiri di
hadapan orang itu menundukkan kepalanya karena malu. Sang lelaki yang beriman
itu mendekati kedua orang yang berselisih itu dan dengan suara yang lembut
bertanya, “Baiklah, katakanlah apa yang menyebabkan kalian berselisih paham.”
Lelaki yang berhutang
berkata, “Lelaki ini telah menjatuhkan harga diriku hanya karena uang satu
dirham padahal saat ini aku tidak mampu untuk melunasi utang
tersebut.”
Lelaki beriman itu
berfikir sebentar dan kemudian, uang satu dirham yang dimilikinya itu
diberikannya kepada si penghutang. Akhirnya, terjalinlah persahabatan antara
orang itu tadi. Lelaki yang berutang itu mendoakan keselamatan buat lelaki yang
beriman itu serta mengucapkan kesyukurannya.
Hati lelaki beriman itu
dipenuhi rasa gembira karena berhasil menolong orang lain. Lalu diapun pulang ke
rumahnya. Di pertengahan jalan dia terpikir, “Sekarang, bagaimana aku harus
memberi jawaban kepada isteri ku? Jika dia memprotes, aku akan membiarkannya
karena itu haknya.”
Sesampainya di rumah, dia
menceritakan apa yang telah terajdi. Isterinya adalah juga seorang perempuan
yang baik dan beriman. Dia tidak memprotes suaminya, malah berkata, “Engkau
telah melakukan sesuatu yang baik hari ini dan engkau telah memelihara harga
diri lelaki itu. Allah pasti akan memberi balasan kepadamu. Ambillah tali yang
ada di rumah kita ini dan juallah di pasar. Mudah-mudahan, uang tersebut bisa
engkau gunakan untuk membeli makanan.
Lelaki beriman itu merasa
sungguh gembira dengan sikap isterinya tersebut. Dia kemudian mengambil tali itu
dan membawanya ke pasar. Namun, betapapun dia berusaha keras untuk menjual tali
itu, tidak ada seorang pun yang ingin membelinya. Dengan rasa putus asa, dia
pulang ke rumahnya. Di pertengahan jalan pulang, dia bertemu dengan nelayan
penjual ikan yang juga gagal menjual ikannya. Lelaki beriman itu menghampirinya
dan berkata, “Tidak ada orang yang ingin membeli ikanmu dan tidak juga taliku.
Bagaimana menurutmu bila kita berdua saling menukar barang ini?”
Si nelayan berpikir dan
kemudian berkata, “Aku tidak mempunyai tempat untuk menyimpan ikan ini di rumah.
Lebih baik engkau ambillah ikan ini dan sebagai gantinya aku akan menjadi
pemilik talimu yang mungkin di satu hari nanti berguna buatku.”
Akhirnya, lelaki beriman
itu membawa pulang ikan ke rumahnya. Isterinya dengan gembira segera memasak
ikan tersebut. Ketika perut ikan dibelah, dengan penuh takjub dia menemukan
sebuah mutiara yang berharga di dalamnya. Ya, suami istri mukmin dan baik hati
itu memperoleh harta yang banyak.
Lelaki itu membawa
mutiara ke toko emas untuk dijual dan mutiara itu terjual dengan harga seratus
dirham. Lelaki itu dan isterinya bersyukur kepada Tuhan yang telah memberikan
mereka kekayaan. Mereka pun tidak lupa untuk tetap berbuat baik dengan
membagi-bagikan sebagian uang mereka kepada orang-orang miskin lainnya. Lelaki
beriman itu berkata kepada isterinya: Tuhan telah mengaruniakan kepada kita
nikmat, kesenangan dan kemewahan. Kini sebagai tanda kesyukuran atas nikmat ini
marilah kita membagikan kekayaan yang ada kepada mereka yang memerlukan.
Siapakah yang lebih layak dari sang nelayan yang telah bersusah payah menangkap
ikan di laut itu?”
Lelaki beriman itu pergi
ke pasar dan mencari si nelayan itu. Setelah berusaha keras, akhirnya dia
bertemu dengan sang nelayan dan dia pun menceritakan pengalamannya. Dia berkata,
“Aku ingin memberi sebagian dari uang ini kepadamu.” Meskipun miskin, nelayan
itu adalah seorang lelaki yang baik hati. Dia berkata, “Wahai teman, apa yang
engkau dapatkan di dalam perut ikan itu disebabkan karena kebaikanmu dan aku
tidak bersedia mengambil apa-apa darimu.”
Lelaki beriman itu
menjawab, ”Tuhan telah memberi ilham kepadamu sehinggakan dengan niat baik
engkau telah menukar ikan milikmu dengan taliku agar aku dapat mengenyangkan
perut isteri dan anak-anakku. Ketahuilah, apa yang ingin aku berikan kepadamu
ini adalah hadiah bagi niat baikmu itu. Tuhan menginginkan agar engkaupun
menikmati nikmat yang Dia berikan.”
Akhirnya, nelayan
tersebut menerima uang itu dan mengucapkan syukur kepada Tuhan atas kebaikan dan
karunia Tuhan. Dengan cara ini, Tuhan telah memberi kemuliaan kepada lelaki
beriman dan isterinya itu lewat ujian-Nya. Dalam ketiadaan harta, mereka tetap
bersabar dan dalam keadaan berkecukupan, mereka mengucapkan bersyukur kepada
Tuhan dan membagi nikmat itu dengan orang lain.
Kisah indah mengenai lelaki beriman ini mengingatkan kita kepada kata mutiara dari Imam Ja’far Shadiq a.s. , yaitu, “Barang siapa yang membantu meringankan kesulitan orang mukmin, Tuhan akan memberi kemudahan kepadanya dunia dan akhirat.” |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar